Diari 05: Saudara, Keluarga.
Aku hanya ingin menjadi seseorang yang bisa diandalkan. Oleh mereka. Yang berharga bagiku.
Ramadhan dan Idulfitri tahun ini terasa berbeda dan istimewa bagiku. Bagaimana tidak? Setelah 3 tahun menjalani Ramadhan dan Idulfitri di luar negeri, akhirnya aku bisa menjalaninya lagi di tanah air. Kembali bertemu dengan keluarga. Kembali bertemu dengan sanak saudara.
Aku berlibur pulang ke Indonesia sejak awal bulan Februari. Hingga akhir liburan ini, total sekitar 3 bulan. Cukup ideal untuk liburan. Apakah terasa kurang? Pasti. Hampir semua orang yang berkuliah di luar negeri akan mengatakan kurang ketika mereka hanya mengambil liburan 3 bulan di tanah air. Sisanya mereka mengatakan sangat kurang. Haha, candaan yang sudah basi ya?
Banyak tujuan yang aku miliki untuk pulang ke Indonesia. Tentu. Sudah harus seperti itu, sebab biaya untuk pulang ke tanah air tidaklah sedikit. Kecuali jika aku anak sultan, tapi sayangnya tidak — atau lebih tepatnya belom. Diantara tujuannya jelas adalah untuk berbakti kepada orangtua. Silaturahmi ke saudara dan keluarga.
Pada tulisan kali ini, aku ingin sedikit menyoroti momen Idulfitri. Rasanya senang sekali. Akhirnya merasakan lagi momen mudik. Bertemu saudara saudara di Jakarta. Berfoto bersama — meski tidak formasi lengkap. Saling bermaaf-maafan. Melepas rindu masing-masing. Alhamdulillah saudara-saudara inti semua sehat. Saling akrab dan sayang. Kalo boleh jujur, sebenarnya ini salah satu nikmat termahal yang dianugerahkan kepada kami. Setelah sekitar setahun sempat runyam. Tapi secara keseluruhan, Alhamdulillah.
Tahun ini, kami para saudara berkumpul di rumah adik ibu saya. Aku memanggilnya tante. Di daerah Ceger, Jakarta Timur. Dulu di setiap lebaran kami berkumpulnya di rumah kakek kami di Menteng Jakarta Pusat. Namun sejak kakek kami sudah sangat sepuh, beliau pindah tinggal bersama tanteku. Kakek kami sudah tidak mau lagi kembali ke rumahnya sendiri di Menteng. Mungkin beliau memang sudah tidak betah lagi. Ingin mencari suasana baru. Agar tidak bosan.
Yang tak kalah menyenangkan, adalah bertemu dengan para sepupu. Dari ibuku, jumlah kami para sepupu adalah 11 orang. Ibuku adalah penyumbang jumlah terbanyak, 5 orang. Haha. Tapi salah satu yang unik adalah, dari 11 orang hanya 1 yang perempuan. Sisanya semua laki-laki. 10 orang. Andai saja semuanya laki-laki, kami sudah bisa jadi tim kesebelasan sepak bola.
Untungnya, yang perempuan adalah yang paling tua diantara kami semua. Kami memanggilnya paduka ratu. Haha, meski begitu beliau adalah kesangan kami semua. Kebanggaan kami, sebagai satu-satunya sepupu tercantik kami. Sebab selain dia, tidak ada yang cantik. Laki-laki semua.
Tapi dari semua 11 sepupu, rasanya aku tidak ingat kapan kami terkahir foto bersama. Formasi lengkap. Bahkan untuk tahun ini, yang ada di foto diatas hanya 6 orang. Hanya setengahnya. Dua orang yang tidak ikut foto sedang kuliah di luar negeri. Tidak sempat pulang ke indonesia. dan tiga orang sisanya sedang ada di rumah Kakek mereka di depok. Sebenarnya mereka bisa saja ikut berfoto bersama. Tapi mereka baru datang sore harinya, menjelang maghrib. Tentu kami tak sabaran, ingin cepat-cepat berfoto. Sangat rindu.
Sekali lagi Alhamdulillah kami bisa merasakan momen lebaran dengan lancar dan penuh suka cita. Aku sangat bersyukur atas rezeki ini. Sebuah nikmat yang sangat mewah. Yang tidak bisa dibeli dengan uang. Sebanyak apapun harta yang disiapkan.
Terakhir, aku ingin menyampaikan sebuah pesan. Yang ingin sekali aku sampaikan kepada mereka. Namun tidak sempat. Atau mungkin tepatnya belum bisa. Ya beginilah pengecutnya diriku. Kepada mereka semua para saudara dan keluarga. Mohon maaf sekali. Untuk segala hal yang kurang dari diriku. Mohon doanya agar aku terus bisa menjadi lebih baik lagi. Aku hanya ingin menjadi seseorang yang bisa diandalkan. Oleh mereka. Yang berharga bagiku.
Mohon doa, dari saudara kalian semua. Semoga bermanfaat. Limas Dua.